<script data-ad-client="ca-pub-5711100486565833" async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script> AGUNG KURNIAWAN: 3.1.a.9. Koneksi Antar Materi - Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

Kamis, 21 April 2022

3.1.a.9. Koneksi Antar Materi - Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

Patrap triloka terdiri atas tiga semboyan yaitu Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. semboyan tersebut artinya adalah "di depan memberi teladan", "di tengah membangun motivasi", dan "di belakang memberikan dukungan". Di era globalisasi dan perkembangan teknologi digital sekarang ini peran guru sebagai pemimpin pembelajaran betul-betul di tuntut agar mampu mengelola pembelajaran yang berkualitas dengan memanfaatkan seluruh sarana dan prasarana yang tersedia. Guru tidak lagi berperan sebagai orang yang lebih tahu dari siswa, tapi guru diharuslah mampu menjalin kolaborasi dengan siswa dalam proses pembelajaran, karena kehadiran teknologi digital sekarang ini semua informasi dapat diakses oleh siapa saja tanpa ada batas melalui jaringan internet.
Kaitannya dengan hal tersebut, maka di era digital sekarang ini seorang guru harus mampu mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran dengan mengacu pada patrap triloka yaitu mampu menjadi teladan, memberi motivasi, dan memberi dukungan kepada muridnya dalam upaya mengembangkan potensi yang dimiliki murid sesuai dengan kodrat zamannya. Pengambilan keputusan seorang guru yang mengacu pada patrap ing ngarso sung tulodho, bahwa keputusan yang diambil seorang guru harus bisa menjadi teladan bagi siapa saja warga belajar yang melaksanakannya. Warga belajar dalam hal ini murid dapat mempercayai bahwa keputusan yang diambil seorang guru merupakan keputusan yang dapat menuntun mereka ke arah pengembangan kompetensi baik akademis maupun sosial dan emosional mereka. Patrap ing madya mangun karso yang merupakan landasan seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan seharusnya bisa terwujud tatkala seorang guru mengambil keputusan yang dapat memotivasi siswa dalam rangka menuju perubahan tingkah lakunya sebagai seorang pembelajar. Perubahan tingkah laku disini berupa aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang timbul dan berkembang dengan adanya motivasi yang terus menerus di lakukan oleh seorang guru. Tut wuri handayani, disini merupakan landasan seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran yang dapat terlihat apabila seorang guru mengambil keputusan dalam rangka peningkatan kompetensi siswa dengan memberikan dukungan terus menerus bagi siswa dalam melakukan kegiatan pembelajarannya secara aktif dan secara kolaboratif membangun secara mandiri konsep pembelajarannya sehingga tanggung jawab seorang guru akan nampak dalam penguatan konsep yang diberikan dalam pembelajaran.

sumber gambar: inimalang.com

Agar dapat menerapkan patrap triloka dalam setiap pengambilan keputusan maka perlu adanya nilai-nilai kebajikan yang tertanam dalam diri saya sebagai pemimpin pembelajaran. Nilai-nilai yang tertanam dalam diri yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan diantaranya cinta Tuhan dan segenap ciptaanNya, kemandirian dan tanggung jawab, kejujuran (amanah), diplomatis, hormat dan santun, dermawan, suka menolong dan gotong royong, percaya diri, kreatif dan pekerja keras, kepemimpinan dan keadilan, baik dan rendah hati, toleransi, kedamaian dan kesatuan. Semua nilai yang tertanam dalam diri saya tersebut sangat membantu saya dalam mengambil sebuah keputusan yang bertanggung jawab, tepat, serta tidak memihak salah satu pihak. Sebagai guru sekaligus pemimpin pembelajaran saya berusaha untuk memegang prinsip-prinsip pengambilan keputusan yang sesuai dengan paradigma pengambilan keputusan dalam menangani suatu persoalan yang berhubungan dengan kegiatan belajar siswa.
Dalam mengambil keputusan dapat menggunakan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan. Langkah tersebut antara lain mengenali nilai-nilai yang bertentangan. Hal ini saya lakukan untuk dapat mengidentifikasi permasalahan yang saya hadapi. Setelah itu langkah selanjutnya adalah menentukan siapa saja yang terlibat dalam permasalahan ini. Sehingga saya mengetahui sasaran dari keputusan yang akan saya ambil. Langkah berikutnya yang akan saya lakukan adalah mengumpulkan fakta-fakta yang relevan terkait permasalahan yang saya hadapi. Sebuah keputusan tidak dapat ditentukan hanya berdasarkan opini kita saja tetapi harus memperhatikan kebenaran-kebenaran yang ada. Setelah mendapatkan fakta-fakta yang relevan, kemudian dapat dilakukan pengujian benar atau salah. Langkah ini dilakukan untuk mengetahui adakah pelanggaran yang mengakibatkan kasus ini terjadi. Langkah selanjutnya yang akan saya lakukan adalah pengujian paradigma benar lawan benar. Pentingnya mengidentifikasi paradigma ini, bukan hanya mengelompokkan permasalahan, namun membawa penajaman bahwa situasi yang dihadapi betul-betul mempertentangkan antara dua nilai-nilai inti kebajikan yang sama-sama penting. Setelah melakukan ke 5 langkah tersebut, selanjutnya saya akan menentukan prinsip dilema mana yang akan saya gunakan dalam penyelesaian permasalahan ini. Dalam penanganan sebuah permasalah terkadang kita menghadapi dua buah jalan keluar. Pada tahap selanjutnya ini lah saya akan mencari opsi ketiga yang mungkin lebih kreatif untuk menyelesaikan permasalahan ini. Langkah ini disebut dengan Investigasi Opsi Trilema. Setelah mendapatkan beberapa opsi penyelesaian kemudian saya akan menentukan opsi mana yang lebih baik diambil untuk penyelesaian masalah ini. Setelah keputusan saya ambil, dan keputusan itu saya terapkan, tidak lupa saya melakukan refleksi atas keputusan saya tersebut.
Langkah-langkah dalam pengambilan keputusan ini akan saya terapkan disetiap kasus yang saya hadapi mulai saat ini baik di dalam maupun diluar kegiatan pembelajaran. Karena dengan menerapkan langkah-langkah ini harapannya keputusan yang saya ambil tidak merugikan salah satu pihak. Selain itu, dengan penerapan keterampilan pengambilan keputusan yang benar maka kedepannya akan membawa saya menjadi seorang pemimpin pembelajaran yang mempunyai kemantapan diri baik dari segi sosial maupun emosional. Prinsip pengambilan keputusan tersebut saya sesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dialami oleh siswa. Sebagai contoh bila ada kasus yang berhubungan dengan ketidakadilan yang dialami siswa, peran saya sebagai guru sekaligus pemimpin pembelajaran adalah berusaha untuk melakukan coaching sesuai dengan kasus yang dialami siswa dengan harapan siswa dapat menyimpulkan sendiri rencana dan tindak lanjut yang akan dilakukan siswa untuk mengetahui solusi atas permasalahan yang dialami siswa. Dalam melakukan proses coaching dengan siswa maka prinsip pengambilan keputusan sangat perlu dipertimbangkan terhadap siswa. Misalnya dalam kasus mengenai ketidakadilan yang dialami siswa saat siswa yang tidak ikut les privat bersama dengan guru mapel ( Pak Rudi ) mendapatkan nilai yang tidak setara dengan kemampuan yang dimilikinya, maka prinsip Care-Based Thinking sangat diperlukan untuk menuntun siswa menyimpulkan rencana dan tindak lanjut yang perlu dilakukan siswa untuk mendapatkan solusi atas permasalahannya. Sesuai dengan konsep pengambilan keputusan, setelah keputusan diambil maka harus dilakukan pengujian atas pengambilan keputusan. Terkait dengan kegiatan coaching yang saya lakukan bersama dengan siswa maka saya mengambil uji benar atau salah untuk dapat menyimpulkan bahwa keputusan yang diambil siswa bersama dengan guru sudah efektif, salah satunya dengan uji panutan / idola. Dalam uji benar atau salah dalam kasus ini tidak terdapat pelanggaran hukum bila guru mapel Matematika pak Rudi tidak membahas hasil pekerjaan siswa, namun ada pelanggaran peraturan atau kode etik dalam kasus tersebut. Berdasarkan perasaan dan intuisi saya ada yang salah dalam kasus ini yaitu Pak Rudi tidak segera membahas hasil pekerjaan siswa secara langsung didepan kelas. Yang saya rasakan apabila keputusan saya dipublikasi, saya merasa nyaman karena keputusan saya tidak merugikan salah satu pihak. Keputusan yang akan diambil oleh panutan/idola saya sebagai pengambil kebijakan, kurang lebih sama dengan keputusan yang saya ambil. Jika situasinya adalah situasi dilema etika, paradigma yang terjadi adalah kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty). Prinsip yang akan saya pakai adalah berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking). Murid dengan arahan dan bimbingan saya sebagai coach berencana akan meminta pak Rudi untuk membahas soal-soal tes didepan kelas dan sebagai siswa haruslah tidak berburuk sangka terhadap kesibukan guru. Melalui keputusan ini dapat dilihat bahwa keputusan yang diambil siswa sebagai coachee sudah efektif dan tepat dan dari sini dapat disimpulkan bahwa berprasangka yang baik akan membawa kita menuju penyelesaian masalah yang optimal.

Dalam mengambil kebijakan dan mengambil keputusan seorang guru perlu mempunyai ketenangan dalam bersikap dalam mengambil keputusan berdasarkan hasil pemetaan. Agar dapat memiliki ketenangan ini maka guru maupun murid perlu melakukan pembelajaran sosial dan emosional ( PSE ). Pembelajaran sosial dan emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional. Pembelajaran sosial dan emosional bertujuan untuk memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi (kesadaran diri), menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri), merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial), membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan membangun relasi), membuat keputusan yang bertanggung jawab (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab). Kesadaran dan pengelolaan diri saya munculkan dalam mengemukakan pertanyaan tujuan dan identifikasi terhadap permasalahan yang dialami coachee. Kesadaran sosial dan keterampilan membangun relasi juga sudah saya munculkan dalam pertanyaan terkait rencana kedepan yang akan dilakukan coachee agar menyelesaikan kasusnya dengan menemui pak Rudi agar dapat membahas soal-soal didepan kelas sehingga transparansi nilai bisa terlihat, selain itu saya tanamkan dalam diri coachee agar mempunyai prasangka yang positif terhadap guru. Pengambilan keputusan yang bertanggungjawab muncul dalam proses coaching dimana keputusan Coachee untuk menemui pak Rudi untuk membahas soal-soal didepan kelas adalah langkah yang tepat dan tidak merugikan satu sama lain.
Sebagai seorang pendidik dan pemimpin pembelajaran, guru tentunya sering menghadapi kasus terkait dengan proses pembelajaran. Kasus-kasus ini tidak menutup kemungkinan membawa seorang guru dalam situasi dilema moral, baik dilema etika maupun bujukan moral. Dalam penyelesaian kasus semacam ini, maka perlu penanaman nilai-nilai kebajikan pada diri seorang guru. Sebagai contoh dalam penyelesaian kasus yang telah disampaikan di atas, nilai-nilai kebajikan sangat berperan penting dalam pengambilan keputusan, sehingga keputusan yang diambil akan tidak merugikan guru ( Pak Rudi ) maupun murid. Dengan semakin banyaknya kasus yang diselesaikan seorang guru, maka secara tidak langsung akan semakin menguatkan nilai-nilai kebijakan pada diri seorang pendidik.
Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Keputusan yang diambil harus mengacu pada paradigma dan prinsip-prinsip dalam pengambilan keputusan. Sekolah sebagai suatu sistem dan institusi tentu mempunyai homogenitas dan heterogenitas jika dilihat dari sisi stakeholdernya. Sisi homogenitas tentunya dapat kita lihat dari kesamaan peran antar guru sebagai pemimpin pembelajaran yang menghasilkan keputusan-keputusan untuk dapat dipertanggungjawabkan. Sisi heterogenitas dapat dilihat pada guru dalam mengelola keterampilan sosial dan emosionalnya dalam menangani keberagaman dan kasus siswa. Dalam menuntun kodrat siswa untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan tentunya banyak perbedaan prinsip terkait dengan moral dan etika yang dimiliki oleh guru, sehingga dalam pengambilan keputusan sebisa mungkin kita sebagai guru menghindari pertentangan atau konflik yang terjadi, sehingga peran guru dapat berjalan dengan maksimal.
Akan tetapi, untuk mewujudkan sebuah keputusan yang tepat tidak lah semudah yang kita bayangkan, banyak kendala dan kesulitan terkait proses dari pengambilan keputusan tersebut. Kendala dan kesulitan tersebut diantaranya adalah kurangnya penanaman nilai-nilai kebajikan yang kuat pada diri seorang pendidik, kurangnya kesabaran dalam pemahaman sebuah kasus, serta kurangnya ketelitian dalam penerapan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan. Sebagai contoh dalam penerapan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan, sering kali dalam pengambilan keputusan kita hanya mendengarkan informasi dari salah satu pihak tanpa mencari informasi yang relevan lainnya dari sumber yang berbeda. Sehingga kita hanya terfokus pada satu opini saja. Hal demikian maka akan berakibat dengan hasil keputusan yang tentunya akan memberatkan salah satu pihak. Selain itu, masih banyak guru yang beranggapan bahwa masalah atau kasus pembelajaran yang dialami siswa hanya bisa diselesaikan guru BP/BK saja, padahal kita sebagai guru bisa juga berperan sebagai coach maupun konselor yang dapat membantu siswa memberikan solusi atas permasalahan yang dialami siswa.
Pengambilan keputusan sangat berpengaruh terhadap pengajaran yang kita lakukan, maksudnya adalah apakah pengajaran yang kita lakukan dengan memerdekakan murid atau kah pengajaran yang kita lakukan secara konvensional dan berpusat pada guru, semuanya itu tergantung dari nilai-nilai kebajikan universal yang dimiliki oleh guru dengan berlandaskan prinsip pengambilan keputusan untuk membuat pembelajaran secara merdeka atau memerdekakan anak, dimana siswa diberikan kebebasan untuk memanfaatkan sarana dan prasarana, mengeksplorasi dan menghubungkan konsep yang sudah dan akan diketahui atau dipelajari oleh siswa. Seorang guru hendaknya mempunyai wawasan kedepan untuk menuntun segenap kodrat siswa agar menjadi manusia yang selamat dan bahagia. Keterlibatan guru dalam menuntun segenap kodrat anak ini dapat diinterpretasikan sebagai pengajaran yang memerdekakan murid, yaitu dengan semangat dan berlandaskan Patrap Triloka Pendidikan KHD guru berusaha untuk memberikan contoh, motivasi, dan dukungan terhadap semua hal yang dilakukan oleh murid agar pembelajaran yang mereka lakukan dapat bermakna.
Keputusan yang diambil oleh seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran tentulah sebuah keputusan yang bertanggungjawab yang didasarkan pada paradigma dan landasan serta prinsip dalam pengambilan keputusan. Nilai-nilai yang ada dalam diri guru sebagai pemimpin pembelajaran akan mempengaruhi pola berpikir guru tersebut dalam mengambil keputusan sesuai dengan moral dan etika yang ada. Seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran yang berhasil mengambil keputusan melalui uji pengambilan keputusan yang tepat, dapat diartikan bahwa guru tersebut berhasil menuntun dan memotivasi peserta didik dalam perubahan tingkah laku serta menemukan konsep dari pengetahuan yang dia pelajari. Pemimpin pembelajaran mempunyai peran mendidik dengan tujuan menuntun segenap kodrat yang ada pada diri peserta didik agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Hal ini berarti bahwa kita dapat mengeneralisasikan kesimpulan bahwasanya pengambilan keputusan dapat merubah kehidupan atau masa depan peserta didik.
Kesimpulan akhir pembahasan sub modul 3.1 terkait keterampilan pengambilan keputusan ini adalah bahwasanya Patrap triloka terdiri atas tiga semboyan yaitu Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani mempunyai peranan yang sangat besar dalam pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal yang ada dalam diri guru. Dalam pengambilan keputusan seorang guru perlu mendapatkan pembelajaran sosial dan emosional. Pembelajaran sosial dan emosional ini bertujuan untuk memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi (kesadaran diri), menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri), merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial), membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan membangun relasi), membuat keputusan yang bertanggung jawab (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab). Untuk dapat mengambil keputusan yang tepat, seorang guru dapat menerapkan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman yang secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap kehidupan atau masa depan peserta didik yang lebih baik.

6 komentar:

  1. Dalam pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajar menerapkan 9 langkah pengujian keputusan, hal ini merupakan hal yang tidak bisa ditinggalkan, dengan 9 langkah tersebut akan memberikan kita kehati-hatian dalam bertindak mengambil keputusan dengan mempertimbangkan unsur unsur terbaik. Sehingga keputusan yang diambil benar-benar bermanfaat dan mampu meminimalisir akibat yang ditimbulkan, terlebih lagi dalam kita berorganisasi yang mana banyak pihak berkepentingan yang tidak bisa ditinggalkan, 9 langkah pengujian keputusan merupakan salah satu metode yang bisa digunakan.

    BalasHapus
  2. Setuju pak, mari kita tingkatkan literasi kita sebagai agen of change

    BalasHapus
  3. Dengan berpedoman pada patrap triloka bapak ki Hajar Dewantara akan semakin memantapkan guru dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran yang mana tentunya nanti dengan berbekal 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan yang dipadukan bersama kolaborasi rekan sejawat akan menghasilkan keputusan yang bertanggung jawab, berlandaskan nilai-nilai moral kebajikan dan tentunya berpihak pada murid yang akan secara langsung maupun tidal langsung membawa ke arah perubahan yang lebih baik pada institusi moral yaitu sekolah.

    BalasHapus
  4. Terimakasih atas komentarnya biar semakin mantap pak.

    BalasHapus
  5. Patrap triloka dan filosofi KHD mengispirasi guru untuk terus bergerak

    BalasHapus
  6. Mantap pak Agung sangat menginspirasi penjelasan yang lengkap dan tampilan yang bagus dan rapi.

    BalasHapus

Silakan berkomentar atau kritik yang membangun

3.3.a.10 Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid

  3.3.a.10. Aksi Nyata - Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid 1. Aksi Nyata Modul 3.1 SARASEHAN BERBAGI ILMU DAN PENGALAMAN DIK...