<script data-ad-client="ca-pub-5711100486565833" async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script> AGUNG KURNIAWAN: 2.3.a.9 Koneksi Antar Materi - Coaching

Selasa, 29 Maret 2022

2.3.a.9 Koneksi Antar Materi - Coaching

Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid berupa serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Dalam pembelajaran berdiferensiasi tolak ukur utamanya adalah bagaimana guru merespon kebutuhan belajar tersebut. Langkah yang dapat dilakukan untuk menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di dalam kelas adalah dengan cara guru melakukan identifikasi kebutuhan belajar dengan lebih komprehensif agar dapat merespon dengan lebih tepat terhadap kebutuhan belajar murid-muridnya. Identifikasi kebutuhan murid dapat dilakukan dengan memberikan tes awal dan memberikan angket ataupun dengan pengamatan secara langsung terhadap tingkah laku dan kebiasaan murid. Langkah selanjutnya, guru dapat melakukan pemetaan terhadap kebutuhan belajar murid berdasarkan tiga aspek, yaitu kesiapan belajar, minat belajar, dan profil belajar murid.
Dalam mengambil kebijakan ini seorang guru perlu mempunyai ketenangan dalam bersikap dalam mengambil keputusan berdasarkan hasil pemetaan. Sama halnya dengan guru, murid juga memerlukan ketenangan dalam mengenali dirinya sendiri sehingga dapat menentukan minat dan profil belajar mereka. Agar dapat memiliki ketenangan ini maka guru maupun murid perlu melakukan pembelajaran sosial dan emosional ( PSE ). Pembelajaran sosial dan emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional. Pembelajaran sosial dan emosional bertujuan untuk memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi (kesadaran diri), menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri), merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial), membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan membangun relasi), dan membuat keputusan yang bertanggung jawab (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab).
Untuk menjalani semua proses ini murid memerlukan pendampingan dari guru dimana guru berperan sebagai penuntun dalam sistem Among ( Coach ). Proses pendampingan ini bisa melalui proses coaching. Dimana coaching adalah sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee. Mengacu pada paradigma pendidikan Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan adalah menuntun segala kodrat yg ada pada murid untuk mencapai kesuksesan dan kebahagian. Maka dalam hal ini guru sangatlah berperan penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan dimana guru mempunyai peran sebagai penuntun atau pendamping ( dalam hal ini berperan sebagai coach ) dari murid ( dalam hal ini berperan sebagai coachee ) dalam setiap proses pendidikan yang mereka jalani.
Dalam menjalani proses coaching seorang guru ( coach ) dapat menggunakan model TIRTA. Dimana langkah model TIRTA dapat digambarkan sebagai berikut:
Tujuan
Dalam langkah ini seorang guru dapat menanyakan dan memastikan tujuan yang hendak dicapai oleh murid setelah melakukan proses diskusi ini. Dengan adanya tujuan yang jelas dari murid maka secara tidak langsung murid mempunyai pemahaman atas permasalahan yang dihadapinya serta gambaran tindak lanjut yang akan dia lakukan.
Identifikasi
Dalam kegiatan identifikasi seorang guru akan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menuntun siswa memahami lebih dalam permasalahan yang dihadapi serta menuntun murid untuk mengenali karakteristik dirinya sehingga dapat menentukan sebab dan penyelesaian permasalahan yang dihadapinya.
Rencana aksi
Recana aksi merupakan gambaran tindakan yang akan dilakukan murid setelah murid memahami inti permasalahan yang dia hadapi. Rencana aksi ditentukan oleh murid dengan bimbingan dan dukungan ada guru.
Tanggung Jawab
Dalam tahap ini guru akan menanyakan kembali komitmen murid dalam menyelesaikan permasalahannya. Hal ini dilakukan agar murid benar-benar mempunyai keyakinan dan keberanian untuk menjalankan aksinya. Selain menanyakan keyakinan, guru juga akan menanyakan pihak yang mungkin akan dilibatkan dalam menjalankan aksinya.
Pendampingan dengan pendekatan coaching menjadi proses yang sangat penting dilakukan di sekolah terutama dengan diluncurkannya program Merdeka Belajar oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Program ini dapat membuat murid menjadi lebih merdeka dalam mengeksplorasi diri dan mengoptimalisasikan potensi guna mencapai tujuan pembelajaran. Harapannya, pendampingan murid melalui pendekatan coaching dapat menjadi salah satu langkah tepat bagi guru untuk membantu murid mencapai tujuannya yaitu kemerdekaan dalam belajar. Proses coaching juga merupakan proses untuk mengaktivasi kerja otak murid. Pertanyaan-pertanyaan reflektif dalam proses coaching dapat membuat murid melakukan metakognisi. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan dalam proses coaching juga membuat murid lebih berpikir secara kritis dan mendalam. Yang akhirnya, murid dapat menemukan potensi diri dan mengembangkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan berkomentar atau kritik yang membangun

3.3.a.10 Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid

  3.3.a.10. Aksi Nyata - Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid 1. Aksi Nyata Modul 3.1 SARASEHAN BERBAGI ILMU DAN PENGALAMAN DIK...